Jakarta –
Pemerintah Lewat Pembantu Presiden Tim Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Mengungkapkan tidak ada insentif Sebagai industri Kendaraan Pribadi tahun Di. Hingga sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bilang industri Kendaraan Pribadi perlu diselamatkan Sebab kondisinya Di terpuruk.
Airlangga menilai, industri Kendaraan Pribadi Hingga Indonesia sudah cukup kuat. Apalagi banyak didukung Dari pameran Kendaraan Pribadi, baik skala nasional maupun internasional.
“Sebab industrinya sudah cukup kuat. Apalagi udah pameran Hingga sini. Kuat banget,” sambung politisi Partai Golkar tersebut Terbaru-Terbaru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Lagi dikaji (Wacana pemberian insentif pemberian Kendaraan Pribadi). Dikaji, tapi belum (ada keputusan),” sambung Airlangga.
Dikutip Di, Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto mengatakan, belum ada usulan resmi Yang Berhubungan Didalam insentif Kendaraan Pribadi Sebagai tahun 2026. Tetapi, Kemenko Perekonomian membuka ruang Sebagai pembahasan jika ada usulan Terbaru.
“Di ini kami belum ada pembahasan kembali dan belum Memperoleh usulan insentif Didalam Kementerian/Lembaga pembina sektor,” kata Haryo.
Haryo juga menilai, Di beberapa tahun terakhir, industri Kendaraan Pribadi Menunjukkan penguatan yang cukup signifikan, khususnya Di segmen Sepedamotor Listrik. Perkembangan Sepedamotor Listrik dan realisasi Penanaman Modal Asing yang signifikan Menunjukkan fondasi industri yang Lebihterus kuat.
“Kami berpendapat bahwa industri Kendaraan Pribadi Di ini sudah cukup kuat. Hal ini dibuktikan Didalam penjualan Sepedamotor Listrik roda empat Meresahkan signifikan hingga 18,27 persen Didalam pangsa pasar tahun 2025 dan Penanaman Modal Asing Sebagai KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) sebesar Rp5,66 triliun Hingga tahun 2025,” ujar Haryo.
Hingga sisi lain, segmen kendaraan konvensional masih mendominasi pasar Di 80,6 persen, Sambil pasar roda dua juga terus Menunjukkan Perkembangan baik Didalam sisi permintaan domestik maupun Produk Ekspor.
“Pertanyaannya, apakah masih diperlukan insentif jika suatu industri sudah cukup kuat? Kami melihat ruang Keputusan yang ada dapat mulai dipertimbangkan Sebagai memperkuat sektor-sektor prioritas lain yang membutuhkan Dukungan lebih besar, sembari tetap menjaga momentum positif industri Kendaraan Pribadi,” sebutnya.
Insentif buat Selamatkan Industri Kendaraan Pribadi
Hingga sisi lain, Kementerian Perindustrian menilai industri Kendaraan Pribadi Di ini sangat membutuhkan insentif Sebagai memperkuat ekosistem industrinya Didalam hulu Hingga hilir. Insentif tersebut diperlukan Sebagai mempertahankan utilisasi produksi, melindungi Penanaman Modal Asing dan pekerja industrinya Didalam Pengurangan Tenaga Kerja, serta Memperbaiki daya saing produk Kendaraan Pribadi Di negeri.
Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, memang penjualan Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik Meresahkan signifikan. Tetapi kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal Didalam Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik Perdagangan Masuk Negeri. Didalam total penjualan kendaraan EV tahun 2025 sebesar 69,146 unit, 73 persennya merupakan kendaraan EV Perdagangan Masuk Negeri yang nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industrinya berada Hingga Bangsa lain. Sambil segmen kendaraan lain yang diproduksi Hingga Di negeri dan Memperoleh share terbesar Di pasar Kendaraan Pribadi nasional terus Menyaksikan Penurunan Permintaan signifikan, Justru jauh Hingga bawah jumlah produksi tahunan kendaraan Di segmen tersebut.
“Dari Sebab Itu, keliru jika kita Mengungkapkan industri Kendaraan Pribadi Di Di Kemakmuran kuat Didalam hanya mengandalkan indikator Perkembangan kendaraan Di segmen tertentu. Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh Hingga bawah angka produksinya Hingga kala penjualan kendaraan EV Perdagangan Masuk Negeri naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Dan, harus menjadi indikator Perkembangan industri Kendaraan Pribadi nasional Di ini. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif Sebagai membalikkan keadaan tersebut,” ujar Febri dikutip Didalam keterangan tertulisnya.
Hingga Di Itu, banyaknya pameran bukan berarti Menunjukkan bahwa industri Kendaraan Pribadi Di kuat. Kuat-tidaknya industri Kendaraan Pribadi nasional hanya bisa disimpulkan berdasarkan data penjualan dan produksi Kendaraan Pribadi.
“Banyaknya pameran Kendaraan Pribadi diberbagai tempat Indonesia juga bukan ukuran industri Kendaraan Pribadi Di kuat. Sebagai Alternatif, banyak pameran Kendaraan Pribadi adalah upaya dan perjuangan industri Sebagai tetap mempertahankan demand Hingga Ditengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya Didalam Pengurangan Tenaga Kerja. Sekali lagi, kita harus menggunakan data statistik yang ada Sebagai menggambarkan Kemakmuran obyektif industri Kendaraan Pribadi Di ini dan tidak menggunakan jumlah event pameran Kendaraan Pribadi,” ujar Febri.
Kemakmuran Industri Kendaraan Pribadi
Di ini, industri Kendaraan Pribadi Menyaksikan Penurunan Permintaan. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan Kendaraan Pribadi Di Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi Didalam pabrik Hingga dealer) hanya sebanyak 634.844 unit. Angka itu turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan secara Peritel sales (penjualan Didalam dealer Hingga konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit Di Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen Didalam tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.
Data yang dihimpun Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Menunjukkan produksi kendaraan juga Menyaksikan penurunan menjadi 957.293 unit Didalam 996.741 unit Di 2024.
Penurunan paling Di terjadi Di segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri Kendaraan Pribadi nasional, yaitu segmen entry Didalam harga Hingga bawah Rp 200 juta. Segmen itu anjlok hingga 40 persen. Hingga Di Itu, segmen low Didalam harga Rp 200-400 juta juga merosot 36 persen, serta segmen kendaraan komersial turun 23%. Ketiga segmen tersebut Di ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok Komunitas kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar Hingga Di negeri.
Karenanya, Kemenperin menegaskan bahwa insentif Kendaraan Pribadi menjadi instrumen krusial Di upaya memulihkan pasar kendaraan bermotor sekaligus menjaga keberlangsungan industri Kendaraan Pribadi nasional.
Febri Mengungkapkan, Keputusan insentif tidak hanya penting Bagi pelaku industri, tetapi juga Menyediakan manfaat nyata Bagi Komunitas sebagai konsumen. Menurutnya, insentif Berencana menciptakan ruang Bagi penurunan harga kendaraan, memperbaiki sentimen pasar, serta mempertahankan daya beli Komunitas, khususnya kelompok kelas menengah dan pembeli Kendaraan Pribadi pertama yang sangat sensitif Pada perubahan harga.
“Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif/stimulus, tapi usulannya Berencana mengarah Hingga segmen kelas menengah-bawah dan didasarkan Di nilai TKDN.,” ungkapnya.
Menurut Febri, pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak Di penurunan utilisasi pabrik, penurunan Penanaman Modal Asing, serta Berpeluang mengancam Sustainability lapangan kerja Hingga industri Kendaraan Pribadi dan sektor komponen. “Tidak adanya intervensi Keputusan Berencana membuat tekanan ini Lebihterus Di, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan,” katanya.
Artikel ini disadur –> Oto.detik.com Indonesia: Beda Versi 2 Kementerian soal Insentif buat Kendaraan Pribadi











