Jakarta –
Komunitas Transportasi Indonesia Melakukan diskusi Yang Berhubungan Bersama darurat transportasi Ke Indonesia. Peralihan Sepedamotor Listrik Di internal combustion engine (ICE) itu bagus, Akan Tetapi Sebagai Mengurangi kemacetan dan polusi diutamakan membenahi sistem transportasi publik.
“Muncul Sepedamotor Listrik, tidak salah. Bersama Topik Sepedamotor Listrik sekarang tantangannya lebih besar. Kenapa? pemerintah menggunakan Sosialisasi Politik Sepedamotor Listrik Sebagai mengganti kendaraan yang notabenenya masih memanjakan orang Sebagai menggunakan kendaraan pribadi, baik itu Kendaraan Pribadi ataupun Kendaraan Bermotor Roda Dua. Cuma ini tidak berisik dan berasap,” kata Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga Di diskusi bersama Komunitas Transportasi Indonesia (MTI), Kamis (23/1/2025).
“Yang sekarang sudah mulai terjadi Ke kota London, Stockholm, Setelahnya Itu Coppenhagen, itu sudah mulai terjadi macet tapi tidak bersuara, Norwegia sudah hampir 90 persen sudah Sepedamotor Listrik, Karena Itu kalau macet tidak ada suara,” jelasnya lagi.
“Tapi pemerintah Bersama Dukungan Pemerintah Bersama seperti itu, sebenarnya tidak Berencana banyak berubah. kota-kota kita suatu Pada Berencana tetap macet, cuma bedanya tidak berasap dan tidak bersuara,” sambung dia.
Sepedamotor Listrik Di dikebut Dari pemerintah, MTI meminta Di rangka Mengurangi kemacetan dan polusi sekaligus, pemerintah diharapkan juga membenahi sistem transportasi umum. Tingginya penggunaan kendaraan pribadi juga disebabkan sarana transportasi yang belum memadai.
“Posisi MTI adalah Dukungan Pemerintah diberikan kepada angkutan umum. Kalau Kendaraan Pribadi Bertenaga Listrik itu mau dihidupkan industrinya, dan perlu ada Dukungan Pemerintah Sebagai menghidupkan industrinya, yang diutamakan adalah Sepedamotor Listrik yang digunakan Sebagai angkutan umum,” kata Ketua MTI Tory Damantoro Di kesempatan yang sama.
“Masalah perubahan Di kendaraan bahan bakar Hingga listrik, itu memang sudah tidak bisa dihindari. Dukungan Pemerintah BBM kita terlalu besar, daripada dibuang-buang, dibakar-bakar Ke kemacetan Ke Dukungan Pemerintah triliun itu, kan mending Sebagai angkutan umum,” tambahnya lagi.
“Sekarang Komunitas terpaksa pakai kendaraan pribadi Lantaran tidak ada alternatif, kan?” jelas dia.
Dia menyinggung perlu adanya Ide besar, seperti kawasan yang mempermudah transit Komunitas Bersama tersedianya transportasi umum seperti stasiun kereta api, terminal Kendaraan Angkutan Umum, hingga bandara, ada pula jalur khusus Sebagai pejalan kaki. Ke satu sisi, penggunaan kendaraan bermotor seperti Kendaraan Bermotor Roda Dua dan Kendaraan Pribadi Berencana jauh berkurang Lantaran keberadaan transportasi umum dan area pejalan kaki yang sama nyamannya.
“Kenapa Di perkembangan kota Ke seluruh dunia, transportasi adalah tulang punggung perkembangan kota. Justru perkembangan kota itu ada Ke transportasi, itu tidak terjadi Ke setiap kota Ke Indonesia. Itulah Pembaruan kota tidak tertata, transportasi Setelahnya Itu Mutakhir masuk, seperti Jakarta dan Semarang misalnya,” kata Nirwono.
“Idealnya yang muncul pertama kali adalah jalur transportasi publiknya, Karena Itu arah Hingga mana. Mutakhir Setelahnya Itu pemerintah Mendorong perkembangan komersial ada Ke sini, pemukiman Ke sini, perkantoran Ke sini,” jelasnya lagi.
“Satu adalah warga menggunakan waktu beraktivitas, minimal sudah mencapai 80 persen sudah menggunakan transportasi umum, 60 persen sudah lumayan,” sambung dia.
Artikel ini disadur –> Oto.detik.com Indonesia: Polusi Berkurang tapi Macet tidak Bersuara